Oleh : Ferra Raoyan
Malam sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari,malam sudah begitu pekat,tak meyisakan geliatnya lagi,namun Mba Mar masih harus menyisakan sedikit energinya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan rutinnya.
Mba Mar sudah Nampak begitu lelah,namun bumi tempat ia berpijak sekarang seperti sedang memasung Nya,tak memberi sedikit ruang baginya,sekalipun lelah dan penat sudah bergelayut.
“Indon.....cam mane kau ini,lah jam 04.30 ni,belum juga kau
kemas-kemas”
kemas-kemas”
“ Malah asik sangat kau tido, Indon….!”
Suara Teriakan Cik Nung majikan Mba min,benar-benar memekakkan telinga.seolah ingin membangunkan seluruh isi kota di pagi buta ini.
“ Maaf makcik,saya ketiduran,semalam saya baru tidur jam 02.00”
Belum sempat Mba Mar menyudahi perkataanya,sebuah tamparan sudah melesat di pipinya kanannya.
“Kurang Ajar ...Indon ! You shut Up!”
“Banyak Cakap kali kau Ini Indon!
Masih saja perempuan ini terus memaki – maki Mba Mar,sesekali ia juga melempar barang-barang yang ada disekitarnya,sepertinya ia masih belum puas hanya menampar Mba mar.
Merah Padam wajah Mba Mar,diusapnya Pipi kanan Nya yang pagi ini sudah mendapat sapaan Hangat dari sang majikan.
“ Ini belum seberapa ,Hanya tamparan kecil,Cukup hanya membuat Pipiku merah!!”
gemeretak gigi Mba Mar menahan amarah,sembari membuatkan sarapan untuk putri sang majikan.
Masih terdengar ditelinga Mba Mar,semua umpatan berbahasa melayu yang ditujukan untuknya,seolah tak ada putus dan habisnya makian itu Untuknya.
“Sudah sarapan kamu Mar?”
Tersentak Mba Mar,mendengar sapaan itu.
“ ow sudah,eh belum tuan”
Dengan terbata-bata mba Mar menjawab pertanyaan Majikan lelakinya,yang memang masih orang Indonesia.
“ Ya sudah sarapan dulu,Bagaimana keluargamu di Indonesia
Mar???”
Mar???”
“ Ya tuan,terima kasih,sudah lama saya tidak telepon keluarga
disana tuan…”
disana tuan…”
Sifat kedua pasangan ini bagaikan langit dan Bumi.Cik Nung ibarat Monster yang siap melahap siapapun yang ada dihadapanya,terlebih wanita berdarah Indonesia.
Entah apa yang membuat perempuan ini begitu membenci Indonesia.
Sedangkan Tuan Reza majikan Lelaki Mba Mar,yang memang masih berdarah Indonesia dan Pernah tinggal di Indonesia,Ia begitu santun dan taat beribadah,bahkan kerap kali melerai Istrinya ketika hendak memukuli Mba Mar .
Namun justru Hal itu malah yang membuat Mba Mar kerap kali jadi sasaran kemarahan Cik Nung.
“ Indon ,Dimana kau Ni ???”
“ Indon.....!!!!!!!! ”
Suara teriakan Cik nung ,membuat Mba mar yang sedang Memasak berlari-lari kecil menghampiri cik Nung yang tengah asik menonton Tv.
“Ada Apa Mak cik ? Saya sedang memasak di dapur.”
“ kau ni,Tuli ha ??”
“maaf Makcik saya memang tidak dengar,saya lagi didapur,maaf
makcik ”
makcik ”
“ Memang dasar kau,Tuli ...indon!!!
Hampir tak pernah memang cik Nung memanggil nama Mba mar,selalu saja “indon,Indon dan Indon” ketika memanggil Mba mar,seolah mampu mewakili amukannya pada warga Indonesia.
Itu hanya gambaran kecil dari setiap kemarahan,demi kemarahan yang Mba Mar terima,
Sudah jadi makanan setiap hari.
Sudah sangat untung bagi mba Mar jika hanya caci maki saja yang ia dapat.
Sudah sangat untung bagi mba Mar jika hanya caci maki saja yang ia dapat.
Memang benar Pepatah mengatakan,” lebih Baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang."
Hanya berselimutkan tikar yang ia juga pakai sebagai Alas,mba Mar mencoba memejamkan matanya.
Meringis Mba Mar menahan luka yang Ia dapat hari ini dikepalanya,akibat tidak segera datang ketika Cik Nung memangil - manggilnya siang tadi.
Di pelupuk Matanya terbayang kedua buah hatinya yang ia titipkan pada Ibunya,
Sudah tiga bulan ini Mba Mar tidak mendengar suara kedua Putranya yang masih sangat kecil ketika ia tinggalkan.
Yang lebih menggelayuti pikiran Mba Mar,sudah lima bulan ini ia belum mendapatkan Upahnya sebagai pembantu rumah tangga.
Mba mar sudah pernah meminta haknya pada majikanya itu,namun tak hanya caci dan hina yang mba Mar dapat,luka di Pelipisnya itu Bekas hantaman sebuah tongkat kayu,Malah yang majikanya itu beri.
“Aku Harus segera pergi dari Sini….!!!”
“aku Harus segera pergi melapor Ke KBRI !!!!”
Tiba –tiba ide gila itu melesat ke pikiran Mba Mar,
“Ya ! aku memang harus segera pergi !!”
Ruang sempit itu juga yang sedikit memberi suntikan semangat dan energy agar Mba Mar segera pergi dari rumah Ini.
Tengah malam mba Mar menyelinap dari kamar,berjalan dengan mengendap-endap.
Keringatnya sudah mengucur deras.Ia begitu takut membayangkan perlakuan buruk apalagi yang akan Ia terima bila Ia ketahuan berusaha pergi dari rumah ini.
Namun sepertinya Niatan di dalam hatinya sudah tidak mungkin untuk dijinakan lagi.
Ia sangat yakin malam itu majikanya sudah tertidur pulas,apalagi seharian ini Cik Nung tidak ada dirumah,seharian Ia berbelanja menghabiskan Uang suaminya,sudah jelas Cik nung sedang bermimpi indah,pikir Mba Mar.
“Mar…..”
Suara itu membuat jantung Mba Mar benar-benar berhenti berdegup.
“sedang Apa malam-malam begini….???kenapa belum istirahat????”
Sepertinya Tuan Reza sudah mengetahui niat Mba Mar,hingga Ia menegur Mba Mar dengan suara Berbisik.
Tuan Reza menarik lengan Mba Mar, menuju dapur.
“ Apa yang kamu lakukan Mar ??? Kamu hendak pergi kemana malam-
malam begini ????”
malam begini ????”
“klo sampai Cik Nung Tau ,Ia pasti akan menyiksa kamu !!”
“Maaf Tuan,saya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Cik Nung…”
Jawab Mbak Mar sembari menyeka Air Matanya.
Jawab Mbak Mar sembari menyeka Air Matanya.
“saya ga Kuat lagi tuan,Saya harus segera kembali Ke Indonesia….”
“untuk Apa saya kerja Cuma-Cuma disini,sedangkan anak dan Ibu saya
terlantar disana.”
terlantar disana.”
Tangis Mba Min makin menjadi,tapi segera Ia bungkam mulutnya sendiri.
“Apa maksud kamu Cuma –Cuma Mar,bukankah saya membayar semua gaji kamu,Setiap bulannya tanpa pernah terlambat ????”
Mba Mar tercengang mendengar perkataan Tuan Reza.
“Tidak Tuan,sudah lima bulan ini saya tidak mendapatkan
gaji,sedikitpun.sedangkan Keluarga saya sangat butuh uang itu
Tuan.”
gaji,sedikitpun.sedangkan Keluarga saya sangat butuh uang itu
Tuan.”
Tak lebih terkejut tuan Reza Mendengar Penuturan Mba mar.
Tuan Reza tertunduk lesu,Ia merasa bersalah atas nasib saudara sebangsanya ini,
Paling tidak ia merasa sangat lalai,karena membiarkan istrinya berbuat semena-mena ke pada Mba Mar.
“baiklah kalau begitu,besok saya akan segera membayar semua gaji kamu.tanpa sepengetahuan cik Nung tentunya,asalkan kamu mau kembali ke kamar kamu sekarang,Dan segera istirahatlah”
Tangan tuan Reza menyibakkan rambut Mba Mar,Namun Tuan reza kembali gemetaran melihat luka di pelipis Mba Mar yang masih menganga dan menyisakan darah kering.
“ Kenapa Pelipismu Mar..?,apa ini perbuatan Cik Nung mar ???”
Mba Mar hanya mengangguk dengan pertanyaan tuan Reza.
Di wajah Tuan Reza tergambar sebuah penyesalan,menangis Ia tak mungkin,terlebih harus membuat perhitungan dengan Istrinya sendiri,Namun Hati Nurani nya Tak terima saudara sebangsanya diperlakukan lebih hina dari pada binatang di rumahnya,tanpa sepengetahuanYa.
Dengan Penuh Rasa iba,Tuan Reza memapah Mba Mar yang tak berdaya menuju gudang gelap di bawah tangga dirumahnya,kamar tidur saudaranya itu.
Tempat itu lebih layak dijadikan gudang sepatu,dirumah megah itu,namun sudah hampir dua tahun Mba Mar menenempati ruang sempit itu sebagai tempat peristirahatanya.
“Ow......Abi !!!!
Teriakan Cik Nung memecahkan keheningan Malam ini.
Tuan reza Dan Mba Mar begitu terkejut,sekejap saja Tuan reza Sudah melepaskan Tangannya dari lengan Mba Mar.
“Anjing kurap,indon,sedang apa kau,malam-malam camne ??
“akhirnya terbongkar juga persekongkolan kau ..!!!”
Sembari melemparkan sebuah guci antik kearah Mba Mar.
cemburu yang teramat sangat sudah menggelapkan Mata Cik Nung.
cemburu yang teramat sangat sudah menggelapkan Mata Cik Nung.
CIk nung terus saja memaki-maki dan terus menghina Mbak mar.
“Jaga Sikit mulut kau itu Umi….!!!”
Tuan Reza sedikit menaikkan Nada suaranya.
“Tak seharusnya kau berburuk sangka kepada kami,aku hanya membantu
Mba Mar yang Sedang sakit kembali istirahat,itu saja tidak lebih
Umi."
Mba Mar yang Sedang sakit kembali istirahat,itu saja tidak lebih
Umi."
Tuan reza sedikit berbohong dan mencoba membujuk istrinya itu ,agar tidak terus berteriak-teriak memaki–maki Mba Mar.
“Bohong..Kau pembohong……!!!”
Bukannya reda malah cik Nung semakin Menjadi,Ia terus saja meronta,Benda apa saja yang disampingnya selalu dilayangkan kearah Mba Mar.sambil terus mengeluarkan semua Umpatan kasarnya dalam Bahasa melayu !!
Sedangkan Mba Mar hanya mampu bersimpuh dan sudah sangat Pasrah akan Nasibnya,
Ia sudah membayangkan kekejaman apa lagi yang akan ia terima Malam ini.
Tak berani Ia menatap Kemarahan Cik Nung yang semakin menjadi-jadi,ditambah lagi Tuan Reza selalu menangkis setiap tamparan,ataupun lemparan benda-benda yang mengarah ke tubuh Mba Mar.
“Kalian Berdua Memang Sampah,Terlebih kau Indon!!”
“Sama Seperti bangsamu yang Hanya selalu mengemis di balik Air
Mata PalsuNya!!”
Mata PalsuNya!!”
Sontak kata-kata itu membuat Tuan Reza menampar istrinya itu,
kata–kata itu begitu menghina dirinya,tak hanya sebagai seorang suami,rasa dihatinya masih sangat memiliki dan mencintai Bumi Pertiwinya.
kata–kata itu begitu menghina dirinya,tak hanya sebagai seorang suami,rasa dihatinya masih sangat memiliki dan mencintai Bumi Pertiwinya.
Cik Nung tak percaya suaminya yang baru saja menamparnya,ia begitu terkejut,tak menyangka Suaminya yang ia kenal begitu santun dan selalu mengalah,kini malah berbalik menamparnya dan dihadapannya kini,seolah ingin melipat-lipat tubuhnya menjadi satu bagian.
Kemarahan Tuan Reza benar-benar memuncak sepertinya malam ini,selama ini ia berdiam diri karena tak melihat langsung bagaimana istrinya memperlakukan saudara sebangsanya itu sangat kejam.
Dan Malam ini ia benar-benar melihatnya,istrinya yang selalu bersikap manis dari balik jilbabnya kini berubah menjadi Monster yang siap menyantab buruannya hidup-hidup.
“Pengkhianat kau Abi..sudah untung aku mau menjadikan mu Suamiku,sekarang kau Malah mengkianatiku !!!”
Sekarang Cik nung malah berusaha menyerang Tuan reza,Ia mencoba menampar,mencakar tubuh tuan reza,tapi lagi-lagi tuan reza tepis.
Kemarahan dan cemburu yang begitu besar sudah menguasai Cik Nung,ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan,melempar apa saja yang ada didekatnya,lagi,terus dan berusaha melukai Mba Mar.
Entah setan mana yang sudah meyergap Cik nung,sekarang ini Ia sudah memegang sebuah belati ,yang biasanya hanya menjadi pajangan di ruang tengah ini.
Ia berusaha melukai Mba Mar,Cik nung terus saja merangsek Maju kearah Mba Mar.
“Indon....Kubunuh Kau Malam ni!!!”
“Kubunuh Kau.....!!!!”
Terus cik Nung berteriak-teriak sembari mengayun-ayunkan belatinya.
“Umi...istighfar apa yang kamu lakukan?????”
“kamu bisa membunuh Kami semua ,hentikan Umi,tolong hentikan ??”
Tuan reza menyergap tubuh cik nung dan berusaha merebut belati itu dari tangan istrinya,namun emosi cik nung kian menjadi,ia terus saja berteriak dan memaki-maki tuan reza dan Mba Mar,dangan kata-kata yang paling hina.
Warna merah darah sudah membanjiri lantai marmer ,di sudut ruangan Mba Mar tertunduk lesu dan tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
Ia terus saja melihat ke tubuh Tuan Reza yang sudah belumuran darah,sembari memeluk tubuh Istrinya yang sudah pucat pasi.
Kejadian itu begitu singkat,Tuan reza yang berusaha merebut belati itu,malah tanpa sengaja menusukkannya ke perut cik Nung.
Suasana malam ini begitu Mencekam,darah sudah membanjiri ruang ini,begitupun dengan air mata.beberapa saat kemudian dua penjaga rumah berdatangan membantu Tuan Reza mengangkat tubuh Cik Nung masuk kedalam mobil,dan berusaha membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sebelum Pergi Tuan reza Maih sempat,menyelipkan beberapa lembar Uang ringgit ke tangan Mba Mar yang masih tampak sangat ketakutan.
“Pergi Mar..Pulanglah ke Indonesia,Negeri Ini sangat tak
bersahabat dengan Kita”
bersahabat dengan Kita”
“Bergegaslah pergi Mar,Anak –anak mu menunggumu.”
“Pergi Secepatnya..!!”
Kata –kata itu yang sering melintas di benak Mbak Mar.
“aku harus cepat pergi” itu saja kata-kata yang sering terucap di bibirnya,
Disetiap diamnya hanya senyum kedua putrinya yang mampu tergambar.
Di setiap kerinduannya ,ia hanya ingin pulang kenegeri tercintanya.
Disetiap harinya,Ia hanya terus berharap tak lagi ia dengar segala caci maki dan hina untuk dirinya.
Dan disisa-sisa kehidupanya,Mba Mar terus menyusuri setiap jalan –jalan di negeri ini,
Mencari jalan pulang untuk kedua putrinya.
Namun hingga rambutnya memutih dan kulitnya legam menghitam ,ia hanya mampu berucap”aku ingin pulang Ke Indonesia”.