Kamis, 28 Juli 2011 - 0 komentar

Serpihan Lara di Negeri Seberang

 Oleh : Ferra Raoyan

Malam sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari,malam sudah begitu pekat,tak meyisakan geliatnya lagi,namun Mba Mar masih harus menyisakan sedikit energinya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan rutinnya.
Mba Mar sudah Nampak begitu lelah,namun bumi tempat ia berpijak sekarang seperti sedang memasung Nya,tak memberi sedikit ruang baginya,sekalipun lelah dan penat sudah bergelayut.
“Indon.....cam mane kau ini,lah jam 04.30 ni,belum juga kau 
 kemas-kemas”
“ Malah asik sangat  kau tido, Indon….!”
Suara Teriakan  Cik Nung majikan Mba min,benar-benar memekakkan telinga.seolah ingin membangunkan  seluruh isi kota  di pagi buta ini.
“ Maaf makcik,saya ketiduran,semalam saya  baru tidur jam 02.00”
Belum sempat Mba Mar menyudahi perkataanya,sebuah tamparan sudah melesat di pipinya kanannya.
“Kurang Ajar ...Indon ! You shut Up!”
“Banyak Cakap kali kau Ini Indon!
Masih saja perempuan ini terus memaki – maki Mba Mar,sesekali ia juga melempar barang-barang yang ada disekitarnya,sepertinya ia masih belum puas hanya menampar Mba mar.

Merah Padam wajah Mba Mar,diusapnya Pipi kanan Nya yang pagi ini sudah mendapat sapaan Hangat dari sang majikan.


“ Ini belum seberapa ,Hanya tamparan kecil,Cukup hanya membuat Pipiku merah!!” 
gemeretak gigi Mba Mar  menahan amarah,sembari membuatkan sarapan untuk putri sang majikan.
Masih terdengar ditelinga Mba Mar,semua umpatan berbahasa melayu  yang ditujukan untuknya,seolah tak ada putus dan habisnya makian itu Untuknya.

“Sudah sarapan kamu Mar?”
Tersentak Mba Mar,mendengar sapaan itu.
“ ow sudah,eh belum tuan”
Dengan terbata-bata mba Mar menjawab pertanyaan Majikan lelakinya,yang memang masih orang Indonesia.
“ Ya sudah sarapan dulu,Bagaimana keluargamu di Indonesia   
  Mar???”
“ Ya tuan,terima kasih,sudah lama saya tidak telepon keluarga 
  disana tuan…”
Sifat kedua pasangan ini bagaikan langit dan Bumi.Cik Nung  ibarat Monster yang siap melahap siapapun yang ada dihadapanya,terlebih wanita berdarah Indonesia.
Entah apa yang membuat perempuan ini begitu membenci Indonesia.
Sedangkan  Tuan Reza majikan Lelaki Mba Mar,yang memang masih berdarah Indonesia dan Pernah tinggal di Indonesia,Ia begitu santun dan taat beribadah,bahkan kerap kali melerai Istrinya ketika hendak memukuli Mba Mar .
Namun justru Hal itu malah yang membuat Mba Mar kerap kali jadi sasaran kemarahan Cik Nung.

“ Indon ,Dimana kau Ni ???”
“ Indon.....!!!!!!!! ”
Suara teriakan Cik nung ,membuat Mba mar yang sedang Memasak berlari-lari kecil menghampiri  cik Nung yang tengah asik  menonton Tv.
“Ada Apa Mak cik ? Saya sedang memasak di dapur.”
“ kau ni,Tuli ha ??”
“maaf Makcik saya memang tidak  dengar,saya lagi didapur,maaf 
 makcik ”
“ Memang dasar kau,Tuli ...indon!!!
 Hampir tak pernah memang cik Nung  memanggil nama Mba mar,selalu saja “indon,Indon dan Indon” ketika memanggil Mba mar,seolah mampu mewakili amukannya pada warga Indonesia.
Itu hanya gambaran kecil dari setiap kemarahan,demi kemarahan yang Mba Mar terima,
Sudah jadi makanan setiap hari.
Sudah sangat untung bagi mba Mar jika hanya caci maki saja yang ia dapat.
Memang benar Pepatah mengatakan,” lebih Baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang."

Hanya berselimutkan tikar yang ia juga pakai sebagai Alas,mba Mar mencoba memejamkan matanya.
Meringis Mba Mar menahan luka yang Ia dapat hari ini dikepalanya,akibat tidak segera datang ketika Cik Nung memangil - manggilnya siang tadi.
Di pelupuk Matanya terbayang kedua buah hatinya yang ia titipkan pada Ibunya,
Sudah tiga  bulan ini Mba Mar tidak mendengar suara kedua Putranya yang masih sangat kecil ketika ia tinggalkan.
Yang lebih menggelayuti pikiran Mba Mar,sudah lima bulan ini ia belum mendapatkan Upahnya sebagai pembantu rumah tangga.
 Mba mar sudah pernah meminta haknya pada majikanya itu,namun tak hanya caci dan hina yang mba Mar dapat,luka di Pelipisnya itu Bekas hantaman sebuah tongkat kayu,Malah yang majikanya itu  beri.
“Aku Harus segera pergi dari Sini….!!!”
“aku Harus segera pergi melapor Ke KBRI !!!!”
Tiba –tiba ide gila itu melesat ke pikiran Mba Mar,
“Ya ! aku memang harus segera pergi !!”
Ruang sempit itu juga yang sedikit memberi suntikan semangat dan energy agar Mba Mar segera pergi dari rumah Ini.


Tengah malam mba Mar menyelinap dari kamar,berjalan dengan mengendap-endap.
Keringatnya sudah mengucur deras.Ia begitu takut membayangkan perlakuan buruk apalagi yang akan Ia terima bila Ia ketahuan berusaha pergi dari rumah ini.
Namun sepertinya Niatan di dalam hatinya sudah tidak mungkin untuk dijinakan lagi.
Ia  sangat yakin malam itu majikanya sudah tertidur pulas,apalagi seharian ini Cik Nung tidak ada dirumah,seharian Ia berbelanja menghabiskan Uang suaminya,sudah jelas Cik nung sedang bermimpi indah,pikir Mba Mar.


“Mar…..”
Suara itu membuat jantung Mba Mar benar-benar berhenti berdegup.
“sedang Apa malam-malam begini….???kenapa belum istirahat????”
Sepertinya Tuan Reza sudah mengetahui niat Mba Mar,hingga Ia menegur Mba Mar dengan suara Berbisik.
Tuan Reza menarik lengan Mba Mar, menuju dapur.
“ Apa yang kamu lakukan Mar ??? Kamu hendak pergi kemana malam-
  malam begini ????”
“klo sampai Cik Nung Tau ,Ia pasti akan menyiksa kamu !!”
“Maaf Tuan,saya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Cik Nung…”
 Jawab Mbak Mar sembari menyeka Air Matanya.
“saya ga Kuat lagi tuan,Saya harus segera kembali Ke Indonesia….”
“untuk Apa saya kerja Cuma-Cuma disini,sedangkan anak dan Ibu saya 
 terlantar disana.”
Tangis Mba Min makin menjadi,tapi segera Ia bungkam mulutnya sendiri.
“Apa maksud kamu Cuma –Cuma Mar,bukankah saya membayar semua gaji kamu,Setiap bulannya tanpa pernah terlambat ????”
Mba Mar tercengang mendengar perkataan Tuan Reza.
“Tidak Tuan,sudah lima bulan ini saya tidak mendapatkan 
 gaji,sedikitpun.sedangkan Keluarga saya sangat butuh uang itu
 Tuan.”
Tak lebih terkejut tuan Reza Mendengar  Penuturan Mba mar.
Tuan Reza tertunduk lesu,Ia merasa bersalah atas nasib saudara sebangsanya ini,
 Paling tidak ia merasa sangat lalai,karena membiarkan  istrinya berbuat semena-mena ke pada Mba  Mar.
“baiklah kalau begitu,besok saya akan segera membayar semua gaji kamu.tanpa sepengetahuan cik Nung tentunya,asalkan kamu mau kembali ke kamar kamu sekarang,Dan segera istirahatlah”
Tangan tuan Reza menyibakkan rambut Mba Mar,Namun Tuan reza kembali gemetaran melihat luka di pelipis Mba Mar yang masih menganga dan menyisakan darah kering.
“ Kenapa Pelipismu Mar..?,apa ini perbuatan Cik Nung mar ???”
Mba Mar hanya mengangguk dengan pertanyaan tuan Reza.
Di wajah Tuan Reza tergambar sebuah penyesalan,menangis Ia tak mungkin,terlebih harus membuat perhitungan dengan Istrinya sendiri,Namun Hati Nurani nya Tak terima saudara sebangsanya diperlakukan lebih hina dari pada binatang di rumahnya,tanpa sepengetahuanYa.


Dengan Penuh Rasa iba,Tuan Reza memapah Mba Mar yang tak berdaya menuju gudang gelap di bawah tangga dirumahnya,kamar tidur saudaranya itu.
Tempat itu lebih layak dijadikan gudang sepatu,dirumah megah itu,namun sudah hampir dua tahun Mba Mar menenempati ruang sempit itu sebagai tempat peristirahatanya.
“Ow......Abi !!!!
Teriakan Cik Nung memecahkan keheningan Malam ini.
Tuan reza Dan Mba Mar begitu terkejut,sekejap saja Tuan reza Sudah melepaskan Tangannya dari  lengan Mba Mar.
“Anjing kurap,indon,sedang apa kau,malam-malam camne ??
“akhirnya terbongkar juga persekongkolan kau ..!!!”
Sembari melemparkan sebuah guci antik  kearah Mba Mar.
cemburu yang teramat sangat sudah menggelapkan Mata Cik Nung.
CIk nung terus saja memaki-maki dan terus menghina Mbak mar.
“Jaga Sikit mulut kau itu Umi….!!!”
Tuan Reza sedikit menaikkan Nada suaranya.
“Tak seharusnya kau berburuk sangka kepada kami,aku hanya membantu 
 Mba Mar yang Sedang sakit kembali istirahat,itu saja tidak lebih
 Umi."
Tuan reza sedikit berbohong dan mencoba membujuk istrinya itu ,agar tidak terus berteriak-teriak memaki–maki Mba Mar.
“Bohong..Kau  pembohong……!!!”
Bukannya reda malah cik Nung semakin Menjadi,Ia terus saja meronta,Benda apa saja yang disampingnya selalu dilayangkan kearah Mba Mar.sambil terus mengeluarkan semua Umpatan kasarnya dalam Bahasa melayu !!
Sedangkan Mba Mar hanya mampu bersimpuh dan sudah sangat Pasrah akan Nasibnya,
Ia sudah membayangkan kekejaman apa lagi yang akan ia terima Malam ini.
Tak berani Ia menatap Kemarahan Cik Nung yang semakin menjadi-jadi,ditambah lagi Tuan Reza selalu menangkis setiap tamparan,ataupun lemparan benda-benda yang mengarah ke tubuh Mba Mar.
“Kalian Berdua Memang Sampah,Terlebih kau Indon!!”
“Sama Seperti bangsamu yang Hanya selalu mengemis di balik Air 
 Mata PalsuNya!!”
Sontak kata-kata itu membuat Tuan Reza menampar istrinya itu,
kata–kata itu begitu menghina dirinya,tak hanya sebagai seorang suami,rasa dihatinya masih sangat memiliki dan mencintai Bumi Pertiwinya.
Cik Nung tak percaya suaminya yang baru saja menamparnya,ia begitu terkejut,tak menyangka Suaminya yang ia kenal begitu santun dan selalu mengalah,kini malah berbalik menamparnya dan dihadapannya kini,seolah ingin melipat-lipat tubuhnya menjadi satu bagian.
Kemarahan  Tuan Reza benar-benar memuncak sepertinya malam ini,selama ini ia berdiam diri karena tak melihat langsung bagaimana istrinya memperlakukan saudara sebangsanya itu sangat kejam.
Dan Malam ini ia benar-benar melihatnya,istrinya yang selalu bersikap manis dari balik jilbabnya kini berubah menjadi Monster yang siap menyantab buruannya hidup-hidup.
“Pengkhianat kau Abi..sudah untung aku mau menjadikan mu Suamiku,sekarang kau Malah mengkianatiku !!!”
Sekarang Cik nung malah berusaha menyerang Tuan reza,Ia mencoba menampar,mencakar tubuh tuan reza,tapi lagi-lagi tuan reza tepis.


Kemarahan dan cemburu yang begitu besar sudah menguasai Cik Nung,ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan,melempar apa saja yang ada didekatnya,lagi,terus dan berusaha melukai Mba Mar.
Entah setan mana yang sudah meyergap Cik nung,sekarang ini Ia sudah memegang sebuah belati ,yang biasanya hanya menjadi pajangan di ruang tengah ini.
Ia berusaha melukai  Mba Mar,Cik nung terus saja merangsek Maju kearah Mba Mar.
“Indon....Kubunuh Kau Malam ni!!!”
“Kubunuh Kau.....!!!!”
Terus cik Nung berteriak-teriak sembari mengayun-ayunkan belatinya.
“Umi...istighfar apa yang kamu lakukan?????”
“kamu bisa membunuh Kami semua ,hentikan Umi,tolong hentikan ??”
Tuan reza menyergap tubuh cik nung dan berusaha merebut belati itu dari tangan istrinya,namun emosi cik nung kian menjadi,ia terus saja berteriak dan memaki-maki tuan reza dan Mba Mar,dangan kata-kata yang paling hina.

Warna merah darah sudah membanjiri lantai marmer ,di sudut ruangan Mba Mar tertunduk lesu dan tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
Ia terus saja melihat ke tubuh Tuan Reza yang sudah belumuran darah,sembari memeluk tubuh Istrinya yang sudah pucat pasi.
Kejadian itu begitu singkat,Tuan reza yang berusaha merebut belati itu,malah tanpa sengaja menusukkannya ke perut cik Nung.
Suasana malam ini begitu Mencekam,darah sudah membanjiri ruang ini,begitupun dengan air mata.beberapa saat kemudian dua  penjaga rumah berdatangan membantu Tuan Reza mengangkat tubuh Cik Nung  masuk kedalam mobil,dan berusaha membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sebelum Pergi Tuan reza Maih sempat,menyelipkan beberapa lembar Uang ringgit ke tangan Mba Mar yang masih tampak sangat ketakutan.
“Pergi Mar..Pulanglah ke Indonesia,Negeri Ini sangat tak 
 bersahabat dengan Kita”
“Bergegaslah pergi Mar,Anak –anak mu menunggumu.”
“Pergi Secepatnya..!!”

Kata –kata itu yang sering melintas di benak Mbak Mar.
“aku harus cepat pergi” itu saja kata-kata yang sering terucap di bibirnya,
Disetiap diamnya hanya senyum kedua putrinya yang mampu tergambar.
Di setiap kerinduannya ,ia hanya ingin pulang kenegeri tercintanya.
Disetiap harinya,Ia hanya terus berharap  tak lagi ia dengar segala caci maki dan hina untuk dirinya.
Dan disisa-sisa kehidupanya,Mba Mar terus menyusuri setiap jalan –jalan di negeri ini,
Mencari jalan pulang untuk kedua putrinya.
Namun hingga rambutnya memutih dan kulitnya legam menghitam ,ia hanya mampu berucap”aku ingin pulang Ke Indonesia”.

Minggu, 24 Juli 2011 - 0 komentar

Medali Pak Min

Oleh :Ferra Raoyan

Matahari hari ini, rupanya sedang tak bersahabat, ia begitu Marah, hingga pijarnya saja mampu membuat semua mata tak ingin berlama-lama terpana.
Tapi tidak untuk pak Min, dalam terik dan panasnya matahari, ia masih saja mengayuh becaknya menyusuri ruas jalan di sepanjang kota Surabaya.
Dengan tenggorokan yang sudah mengering dan perut kelaparan, Ia masih begitu semangat untuk mencari rupiah demi keluarga tercintanya.

“Pak...  kalau ke taman sikatan berapa pak...???”
“Lima  belas ribu bu...,soalnya masih lumayan jauh dari sni ” jawab pak min dengan santun nya.
“Gimana kalau  sepuluh ribu saja ya pak...” masih dengan Ngototnya nenek-nenek tua ini menawar dengan harga yang paling murah”
Bagi pak min tak ada pilihan lain, sudah separuh hari, tapi ia belum juga mendapatkan penumpang becaknya.
“Ya baiklah bu saya antar ,silahkan naik.”
Masih  begitu sopan Kata-kata pak min, menghadapi bawelnya nenek tua ini.
Dikayuh terus becaknya, tak perdulikan peluh sudah membasahi kaus lusuhnya.
Hati nya begitu riang, akhirnya hari ini ada juga penumpangnya.
”Lumayan bisa buat makan hari ini"
Sambil menyusuri jalan mata pak min Nampak terus memandangi rumah-rumah makan yang ada disepanjang jalan, rupanya dalam angan pak Min  sudah membayangkan makanan apa yang ia ingin beli setelah mengantarkan nenek  ini ke tujuannya.
Dengan uang sepuluh ribu ditangannya Ia lalu mengayuh sepedanya dengan cepat, menuju sebuah warung makan  emperan dipinggiran jalan .
Dari jauh Pak min sudah dapat mencium Aroma wangi dari warung soto itu..
“Hmmmmmmmm... pasti sangat nikmat,”Air liur pak min kian menebal.
Namun langkah kakinya tiba-tiba terhenti, seolah ada sesuatu yang mencegahnya masuk kewarung itu, sembari dipegang perutnya yang sudah dari tadi keroncongan, ia berbalik arah meninggalkan warung soto itu.

Dikayuh nya kembali becak tuanya  menyusuri jalan – jalan ini. tak lagi ia mengayuh becaknya, dengan senyum Sambil terus menahan lapar, ia ketempat  biasa mangkal.
Dipelupuk matanya terbayang tangis putri kecilnya yang sudah dua  hari ini sakit,Ia harus banyak menyimpan uang untuk biaya pengobatan putrinya.
Untuk itu ia memilih kelaparan hari ini, daripada ia harus melihat putri nya masih saja terbaring lesu di tempat tidur.

“Anak saya kena Diare pak, sudah dua hari ini, makanya saya baru bisa jalan hari ini pak”
Dengan wajah yang sedikit memelas pak min menjelas kan kepada pemilik becak yang ia sewa. Sehari ia harus setoran  Rp 15.000 kepada  pemilik becak tersebut.
“Ya sudah, terus kamu punya uang berapa untuk hari ini??”
Tanya pemilik becak itu.
“Ya saya hanya punya uang Rp 20.000 pa, tapi tolonglah pak, saya butuh uang ini untuk berobat anak saya, besok barulah saya cicil kembali pak tolong, pak.”
Terus saja pak min mengiba .
“Ya sudahlah, kamu bawa saja uang itu, tidak usah kamu ganti,”
Sambil membalikkan badannya pemilik becak itu segera meninggalkannya, pak min .yang belum sempat berterimakasih.
“Pak min tunggu....”
Bocah perempuan kecil itu berlari-lari kecil mengejar pak min.
“Ini ada sedikit makanan dari bapak dan obat diare, buat putri bapak,..”
Tangan mungil itu meyodorkan sebuah plastik berwarna merah.
“Terimakasih nak,bilang juga terima kasih untuk bapak ibumu.”
Sambil menahan sesak didada pakmin mengucapkan banyak terima kasih,
“Ya sama-sama,sahutnya,semoga putri  bapak cepat sembuh ya.”
Sambil melambaikan tangannya, bocah itu masih sedikit melemparkan senyum.
Tanpa pak min sadari air mata sudah mengalir dipipi nya, air mata keharuan atas kebaikan pemilik becak dan doa untuk kesembuhan putrinya.

“Nak bangun,... ini bapak sudah bawa makanan dan obat untuk mu..”
Dengan penuh sabar istri pak min membangunkan putri  kecilnya.
Masih saja menyuguhkan senyum, putri pak min untuk kedua orang tuanya, walau wajahnya sudah  pucat pasi.
Seperti tak ingin mengecawakan orang tuanya, entah karena ia sudah sangat lapar ia pun segera melahap makanan yang pak min bawa
“Enak sekali pak...”
“Ayamnya benar-benar empuk “ujarnya...
“Coba setiap hari makan begini ya pak,kayak dulu lagi waktu bapak masih sering pergi.”
Mendengar ucapan putrinya, hati pak min bagai terkoyak-koyak,rasa lapar yang ia tahan seharian ini seperti hilang, berganti dengan air mata yang tak mampu ia tahan lagi.
“Sudah nak makan saja..sambil makan ga boleh banyak bicara,abis itu baru kita minum obatnya ya..”
Istri pak min sangat bisa membaca raut wajah suaminya, hingga ia harus segera membujuk putrinya untuk tidak menyinggung hal itu lagi.


“Capek pa???”
Dengan penuh kelembutan istri pa min memijat punggung  suaminya itu.
“Ya lumayan ma,anakmu sudah minum obat ??”
“Sudah, sekarang ia sudah tidur lagi..semoga besok pagi dia sudah sembuh ya pa..!!”
“ya ma, insya Allah, kashian sekali putri kita ma, harus ikut merasakan derita kita,
“sudah pa, ga usah disesali semua pasti ada hikmahnya, Tuhan tidak mungkin membuat kesalahan dalam menulis takdir yg harus kita jalani pa..”
Diusap  kepala suaminya itu  penuh cinta, Istri pak min memahami betul apa yang saat ini pak min rasakan.

Jam 01.00 pagi pak Min terjaga dari tidur nyeyaknya, seperti biasa pak min segera mengambil wudhu dan langsung sholat tahajud.
Sudah hampir dua tahun ini sholat tahajud menjadi teman setianya untuk melepaskan segala bebannya tentang hidup, tempat ia terus belajar berdamai dengan kenyataan yang kadang mampir dalam sesalnya.
Dan dalam doanya malam ini pak Min  berdoa untuk kesembuhan putrinya,Dan semoga kehidupan keluarganya akan jauh lebih baik.
cukup lama pak min tersungkur dalam sujudnya,
Keningnya tambah berkerut ketika ia menyadari besok sudah tanggal 15, tangga jatuh tempo pembayaran  kontrakan nya.
Pak min sudah menunggak 3 bulan,untuk itu jika ia tidak bisa melunasinya  besok sore ia akan diusir dari kontarakan ini.
Ia terus berfikir bagaimana caranya ia mendapatkan uang untuk membayar kontrakannya tersebut .
Pak min kemuadian membuka sebuah kotak dalam lemarinya.
Sudah lama ia ingin membuka kotak itu,namun  banyak pertimbangan yang membuatnya lagi-lagi  tak jadi membuka kotak itu.
Tapi, “ini sekarang lah waktunya” ujarnya dalam hati.
Ia membuka kotak itu perlahan-lahan.
Disana ia menyimpan segala kenangannya, yang sudah lama ia simpan baik-baik.
Tak pernah terlintas  dalam benaknya selama ini untuk membuka, apalagi sampai berniat menjualnya.
Namun sepertinya keadaan sekarang benar-benar berubah, dengan terpaksa ia mengeluarkan benda itu
Benda itu berawarna kuning keemasan,bentuknya bulat berpitakan kain berwarna merah dan putih.
Sebuah medali emas yang kini pak min genggam, sebuah medali yang sangat ia banggakan,
Sebuah medali yang mengukirkan namanya menjadi salah seorang atlet terbaik pada Pon ke VII yang diselenggarakan di Surabaya.
Begitu bangganya ia , kala medali itu dikalungkan dilehernya, hidupnya pun kala itu tidak seperti sekarang, berkecukupan, sewaktu ia masih menjadi seorang atlet.
Tapi apalah ia  sekarang, hanya seorang penarik becak, yang terpaksa harus menjual medali kebanggaanya untuk membayar kontrakan dan biaya pengobatan anaknya.
Dan seperti ingin mengucapkan salam terakhirnya pak min membawa medali itu ikut  tidur menemaninya malam ini.


Hari ini pak min pulang lebih larut,tidak seperti biasanya.
Dibecaknya ada sekarung beras,telur ayam dan beberapa makanan,ia Nampak sangat kelelahan.
Istri pak min terkaget-kaget dengan bawaan yang pak min bawa.
“Bapak banyak sekali bawaannya,bapak punya uang dari mana pak ??”
Belum sempat pak min menjawab, pak min malah mengeluarkan uang seratus ribuan sepuluh lembar.
Istri pak min terdiam keheranan,seolah tak percaya oleh apa yang suaminya bawa.
“Ini bu ada rezeki sedikit,uangnya besok buat bayar kontrakan ya... sisanya diirit-irit buat keperluan sehari-hari atau kalau perlu untuk modal ibu lagi,jualan kue lagi ya bu...??’
Air mata istri pak min mengalir deras, ia memeluk suaminya penuh haru.
“aku tau pak,dari mana bapak mendapatkan uang ini,maafkan saya pak, saya malah jadi beban untuk bapak” air matanya kian mengalir deras,mengiringi perkataanya barusan
Pak min mengusap kepala istrinya
”Ga apa-apa bu... semua sudah tanggung jawab saya, dan kita sebagai orang tua...”
“bukankah ibu yang sering bilang, Allah tidak pernah menukar nasib seseorang bu”
“Ya sudah sekarang ibu masak sana... bapak sudah lapar.seharian belum makan...”
Sembari dikecup kening istrinya itu, pak min minta dimasakkan sambal telur, sudah lama rupanya keluarga ini tidak makan dengan lauk, sekalipun itu hanya telur.

Malam ini seperti biasa pak min terjaga kembali ,namun sedikit lebih awal,pukul 00.30 sepertinya Pak min sudah tidak sabar, untuk segera mengucapkan terima kasih pada Tuhannya.
 Pak min sudah berada pada sajadahnya, menengadahkan kedua tanganya sambil terus berucap syukur atas nikmat yang ia terima hari ini.
“ ya Allah yang maha pemurah ,terima kasih  atas semua nikmat hari ini yang kami  terima,engkaulah  maha segalanya ..
“ya Alah yang maha pemaaf,maafkan hambamu ini jika selama ini hambamu ini masih selalu saja berburuk sangka  atas semua yang hamba terima.”
“Ya Allah yang maha merencanakan, terima kasih karena  hari ini kau telah mempertemukan aku dengan seorang yang dermawan,yang mau membantu hamba dengan segala permasalahan yang hamba hadapi.”
“Ya Allah yang maha pengasih, berikan lah laki-laki dermawan itu limpahan rezeki,semoga engkau akan membalas kebaikannya dengan kabahagiaan yang lebih pula...”
“Ya allah yang maha ampunan,ternyata masih kau sisakan orang-orang yang berhati mulia di negeri ini, hingga ia masih bisa menghargai kemampuan dan perjuangan ku, atas medali ini...”
Terimakasih untuk mu... Ya Allah.
Digenggam nya erat-erat medali  yang sudah jadi  kebangganya.
Medali yang hampir dijualnya hari ini,untuk menutupi kebutuhan hidup,ketika kejayaannya sebagai seorang Atlet sudah pudar diNegeri ini.
- 0 komentar

Jiwaku

Senangku jiwaku...
Tawaku jiwaku...

Takkan pernah kutanya
Mengapa musim seperti luka
Atau himpitan detik-detik
Yang tak lagi memberi kesempatan
Untuk memikirkan arti

Rasa angkuh yang bertahan
Dapatkah kau bujuk ??
Aku yang tersakiti
Tanpa beban tersisa

Jasmani yang sendiri
Menyatakan gelisah
Kuatkah berdiri
Tanpa kedua kaki ??

Harapku jiwaku
Senyumku jiwaku

Gelombang kasih menghantam menderu
Memecah tebing kepalsuan
Mencoba mencari tahu ??
Ombak yang membawa syurga
Terlalu dingin bagi seorang iblis
Bagiku hanya angin  lalu
Diatas padang pasir yang gersang
Tiba-tiba patah dan rapuh
Menembus janggal hati
Dengan kasih sayang mu

Oleh : Ferra Raoyan
- 0 komentar

Semoga ku Bisa

Malam ini ku coba lupakan
Kenangan terindah dihatiku
Tentang kau dan aku
Yang selalu bermimpi
Ingin menjadi Bulan dan Bintang
Yang tak terganggu awan hitam
Ku ingin lepas semua
Semoga
ku bisa

Oleh : Ferra Raoyan
- 0 komentar

Kau Segalaku

Kau bagaikan telaga tak bertepi
Dan aku berada didalamnya
Seperti air tak bermuara
Pada satu titik
Menyelami hatimu sedalam mungkin
Mencoba tuk mengerti dirimu dengan hati
Seandainya tercipta samudra
Aku ingin berada didalamnya

Aku mencintaimu dengan nafasku
Senyum dan air mataku
Semua kehidupanku
Kucurahkan untuk dirimu
Karena kau segalanya untukku

Oleh : Ferra Raoyan
Sabtu, 23 Juli 2011 - 0 komentar

Untukmu Saudara Serumpunku

Hei....
Kau Negeri di seberang sana!!
Masihkah kau asik dengan hobi lamamu??
Menjiplak lagu Daerahku??
Mencuri Tarian Baliku ??
Asik memainkan Angklungku ??
Sungguh inginkah kau pada Lautku,juga Pulau-pulauku??

Hei....
Saudara serumpunku..!!
Sungguhkah kau inginkan itu ??
Segala hal tentang negeriku..
Kekayaaan bangsaku....
Jika masih belum cukup  buatmu
Kuliti seluruh tubuhku
Lepaskan daging dari tulangnya...
Hisap seluruh isi otakku
Ambil darahku, sirami pada tanahmu yang gersang!!
Bawa onggokan dagingku, berikan pada wargamu yang kelaparan!!
Punguti juga pemikiran dalam otakku!!
Tapi tidak ideiologiku.

Hei....
Kau saudara serumpunku
Hunuskan saja pedang mu
Kokang seluruh senapanmu
Tembakkan ke kepalaku...!!!!
Takkan lebur aku....
Takkan hancur aku....
Takkan kau mampu membendung kecintaanku pada bumi pertiwiku
Tanah Airku, Bumi Rayaku..
Indonesiaku  satu....!!!!

Oleh  : Ferra Raoyan

- 0 komentar

Lagu kebebasan

Secarik kertas ini yang mungkin tahu..
Semua jawaban dari pertanyaan hidup..
Keraguan tentang hati,jiwa dan nafas di tubuh ini
Yakinkah aku akan perjalanan ini?
Kehampaan dan harapan
Berjalan beriringan ,melewati
Jarak demi jarak hidup ini
Percuma kusimpan, dan tak guna ku genggam
Lebih baik aku letakkan ditanah datar
Yang terhembus oleh angin
Sebab kenangan pahit tak pantas ku pendam
Biarlah semua hilang
Terbang, melayang menjadi bayang!!
Hina, mulia, kotor semua hanya sebutan
Dalam kenyataanya uang mulia
Lebih hina dari yang kotor
Dan yang kotor lebih suci dari yang terhormat
Hidup milik kita bukan mereka!!
Dan hidup tak bermakna tanpa Doa dan Kebebasan

Oleh : Ferra Raoyan
- 1 komentar

Renungan hati

Seperti yang kau bilang dalam diam

Seperti yang kukatakan dalam hati

Seperti yang kau tangiskan dalam senyum

Seperti yang kau ungkap dalam tatap

Seperti engkau....

Seperti aku....

Seperti kau....

seperti ku....

kau jiwaku satu
 
Oleh : Ferra Raoyan
Jumat, 22 Juli 2011 - 0 komentar

Karena Aku mencintaimu

oleh : Ferra Raoyan

Seperti biasa aku masih tetap memelukmu ,dengan air mataku,berbagi kamar ketika kau pergi meninggalkan rumah,karena pertengkaran dengan ayah mu.
Banyak bekas luka di hampir seluruh tubuh mu.
“Ayah memukuliku karena aku tidak lulus ujian “ujarmu
Kubersihkan bekas darah,dan sedikit ku kompres bekas memar di tubuh mu.
Bukan sekali ini kita menangis dikamar ini bersama.
Sudah bertahun-tahun…
Seperti pagi yang tak pernah terlambat datang,aku selalu disampingmu.
Layaknya hujan yang dinginkan bumi,dengan siramannya,aku akan menemanimu,dan tak akan pernah pergi menginggalkanmu.
Tidak seperti pacar-pacarmu,yang selalu hilang,ketika mereka tak lagi “senang”

Apa yang tidak kau certitakan padaku,tentang dukamu,cinta pertamamu,dan segala hal tentangmu,mengisi di setiap pembuluh darah otakku.
Kebiasaan mu menangis sembari memelukku,saat  orang tuamu memarahimu...
Aku selalu ingat,
Tentang cinta pertamamu,dan bahagianya kamu ketika untuk pertama kali pacarmu menciummu.
Apa yang tidak aku ketahui tentangmu….???
Dan aku dapat merasakan bahagia itu,jelas !!! dari binar matamu

Apa kurangnya aku untukmu?????

Saat kau terjatuh,dan mengaduh,aku akan selalu mendekapmu.
Dan tak Cuma itu!!
Aku akan terus mendukungmu,untuk semua yang menjadi Inginmu!!
Apapun itu…

Bukan aku iri,akan kemolekan tubuhmu,ketika aku melarangmu membuka Auratmu,
Bukan aku cemburu dengan pacar-pacarmu,ketika mereka datang,menyambangimu.
Karena aku tak ingin mereka menyakitimu !!!
Karena sakitmu,adalah deritaku,
Karena kau teman masa kecilku…
Bukan karena aku mencintai pacarmu….!!!
bukan karena aku iri dengan kemolekan tubuhmu..!!!
Tapi karena aku mencintaimu…!!!
Maafkan aku karena mencintaimu…!!!




- 0 komentar

Kidung surga untuk pelacur tua

Oleh : Ferra Raoyan

Adzan maghrib berkumandang sudah,sayup-sayup terdengar begitu mendamaikan hati.
Sebagai seruan alam,suara itu terus menggema menandakan pergantian waktu,ibarat lonceng yang membangunkan malam segera merapikan dirinya untuk segera berhias,dan mempersilahkan mentari untuk rehat diperaduanya.
Begitupun juga dengan penghuninyanya,semua segera bergegas,kembali ke tempat mereka masing –masing,menyudahi segala aktifitas hari ini.
Tapi tidak untuk mba Iin,ia malah baru saja memulai aktifitasnya,ia sedang asik memoles bibirnya dengan warna merah menyala,menyapu pipinya yang mulai keriput dengan bedak tebal agar tak tampak kerutnya.
Memilih pakaian seksi dari beberapa koleksi nya dalam lemari.
Ia Nampak percaya diri,sekilas saja tak Nampak kalau  mba Iin berusia 45 tahun.
Bodynya masih tetep ramping,kulitnya pun masih putih mulus.
Apalagi hmmmmmmmm....bagian dada dan pinggulnya,jangan ditanya,membuat para lelaki menelan ludahnya sekilas saja memangdangnya,apalagi suaranya memang sengaja dibuat untuk menggoda.
SIapapun bisa dibuat gila olehnya,itu yang menyebabkan nya masih tetap di tempat ini.
Sebuah lokalisasi kelas C di kota Makasar,walau usianya sudah menginjak senja.

Dengan pakian serba minim,ia melangkah,mondar-mandir menebarkan senyum nakal nya untuk para penikmat malam,sembari memamerkan dadanya yang putih menyembul dari balik bajunya yang sedikit transaparan.
Tak ada malu untuknya...”sudah kepalang tanggung” selalu Mba Iin  jawab pertanyaan miris para tetangga atau sanak keluarga,bila mereka mulai menohok dengan Tanya yang tak guna untuk mba Iin.

Malam  menunjukan pukul sebelas malam,ketika mba iin masuk kedalam sedan berwarna hitam,dan segera melaju ke sebuah losmen kelas melati di seberang pantai losari.
Suasana sejuknya pantai memang sangat mendukung,apalagi bau alkohol sudah mengisi seluruh ruangan di kamar ini.
Tanpa basa-basi lelaki hidung belang itu..meminta Mba Iin untuk melepaskan pakaian seksinya,terang saja mata lelaki tua membelalak seolah tak bisa berkedip lagi,dengan birahi yang sudah memuncak,tanpa butuh waktu lama untuk mba Iin dan lelaki tua itu
Berbagi peluh,berpacu dengan nafas yang saling memburu,tak hirau lagi dengan desahan dan teriakan yang sebenarnya mengganggu penghuni kamar sebelahnya.

“Terkadang aku juga iri mas,dengan orang-orang disekitarku,mereka hidup normal,Punya suami,mengurusi anak,memasak untuk keluarga,tapi sudah kepalang tanggung Mas.”
Sambil menghisap rokonya Mba In,berkeluh kesah,sembari menyibak-nyibakkan rambutnya,setelah lelah dengan tugas dosanya.
“lantas,kenapa kau tidak segera pensiun In ???” jawab lelaki tua itu.
“mau makan apa aku?,siapa yang akan bayar kontarkanku ????
“Apa mas yang mau  Menanggung seluruh biayanya ?? “
“Apa mas mau menjadikan aku istri ke dua mas??”
Langsung saja disambar pertanyaan lelaki tua itu,dengan jawaban yang semakin menghentak ruangan ini.
“ Bukan begitu sayang…..usiamu kan sudah ga muda lagi,masa masih harus kerja Beginian terus,cari dong usaha lain,kalau kamu ga keberatan aku bisa memberimu sedikit uang Untuk modal usaha” ujar pak tua itu,sembari mencium  kening mba Iin,
Saking bahagianya mendengar tawaran itu,mba Iin langsung memeluk erat perut buncit milik pak tua itu.
Memang sudah lama Pak tua ini menjadi langganan tetap mba iin,ya kira-kira sudah hampir 10 tahun.
Hubungan mereka memang terkadang layaknya sepasang kekasih,tak jarang pak tua Ini mengajak mba In untuk menemaninya ke ibu kota,atau kota-kota lain ketika bertugas.
Dan pastinya tanpa diketahui oleh Istri pak tua ini.
“Beneran ya sayang...???”
“ janji Ya...????”
Huhft...suara dan gelendot manja mba In membuat pak tua ini manjadi gelisah kembali.
Ia kembali meraba dan mencumbui dada mba In yang memang masih seksi,Kembali merangsek ke sofa di pojok ruangan ini.dan ini sudah yang ke tiga kalinya untuk malam ini.
Keduanya terus dan masih saja saling berpagut.
Namun detik kemudian ,pak tua menghentikan Ayunannya,ia  memegang dadanya,Menahan sakit ,mukanya merah padam,tanganya kian mengejang,Entah apa yang membuatnya berteriak-teriak.
“ ambilkan obat ku disaku celanaku In….!!”
Dengan tergopoh-gopoh mba In mencari obat yang dimaksud,ia juga membawakan air putih untuk pa tua itu
Kejadianya sangat singkat,seketika saja tak lagi dapat dirasakan detak jantung di tubuh pak tua itu.
Nafasnya menghilang,tanganya kaku,dari mulutnya keluar buih-buih putih.
Mba Iin benar-benar ketakutan.ia berlari keluar kamar meminta bantuan ,dengan masih hanya mengenakan lingerinya.



“ Pak Broto keracunan …Bu!!”
“ Beliau terlalu banyak mengkonsumsi,obat penambah vitalitas  
  lelaki,berakibat pada,Jantungnya yang memang sudah bermasalah."
“ maafkan  saya,tidak bisa menyelamatkan beliau…!!”
Muka mba iin seketika pucat,kakinya gemetaran.
Tanpa menghiraukan lagi dokter yang menangani pak Broto,ia langsung bergegas pergi.
Ia menyewa sebuah taksi menuju kontrakanya.
Bergegas mba iin meringkas pakaian-pakaianya,tak lupa ia juga membawa serta perhiasanya,memasukanya ke sebuah koper besar,yang selama ini hanya jadi pajangan di sudut kamarnya.


“Pak kita menuju terminal ya…..”
“ Ngebut ya pak,saya ada urusan penting.adik saya meninggal.”
Mba In berbohong untuk menutupi kegalauan,dan gerak-geriknya yang Nampak gusar.

Sesampainya di terminal ia segera menaiki sebuah bus Ac jurusan Makasar-Jakarta.
Dengan uang yang mba Iin miliki sekarang,ia hanya mampu naik bus,menuju ibu kota.
Berbekal alamat dari seorang kerabatnya,ia sudah membulatkan tekadnya.
Peristiwa meninggalnya pak Broto membuatnya begitu ketakutan,hingga Ia berfikir secepatnya harus menginggalkan Makasar daridapa harus berurusan dengan Polisi.


Dengan uang seadanya mba Iin bertahan hidup dikota Jakarta,menyusuri sudutnya,ia pun tak lagi bisa menyewa losmen ataupun tempat tinggal.ia memilih tidur di emperan toko.
Dari hari-ke hari ia terus saja berharap bisa menemukan alamat seorang kerabat dekatnya,namun sepertinya harapan itu semakin menjauh,karena uang disakunya pun kian menipis,dan perhiasan nyapun sudah terjual semua.
Mba Iin begitu lusuh,pucat dan sudah sangat mirip gelandangan di kota besar ini.
Tak lagi Nampak gemulainya,tak ada lagi senyum nakal disudut bibirnya,hanya terus berjalan gontai menyusuri setiap gang-gang kecil yang ia yakini bisa ia tinggali sejenak.


Dengan perut yang keroncongan ia berhenti di depan sebuah masjid.
Berdiri terpaku untuk waktu yang cukup lama.
Ada sesuatu dibenaknya,kerinduan akan damainya beribadah.
Sudah lama ia tak melantunkan lafaz-lafaz ayat suci al’quran,hampir ia lupa dengan beberapa bacaan Sholat.
Coba ia langkahkan kakinya menuju masjid megah ini.dengan segala kerendahan hatinya,ia coba menentramkan hatinya,dibalutnya tubuh molek mba iin dengan kain panjang.
Ia menangis ,ada sesuatu yang mengganjal hatinya,tak perduli  dengan orang-orang disana yang sedari tadi melihatnya dengan iba.
Di sajadah itu,mba In meluangkan segala resahnya,keletihan akan gelimangnya dosa.
Apalagi wajah Pak Broto terus saja membayang-bayanginya..
Pak Broto orang yang sangat ia harapkan untuk mengubah hidupnya,untuk tak lagi menjual diri,malahan kini ia telah pergi,itupun karenanya,dan dihadapanya pula.
Ia terus menangis menjadi-jadi,mengakui setiap dosa yang ia perbuat,mengharapkan Tuhan akan mau memberinya maaf dan Ampunan baginya.

Dan Mba Iin pun tertidur dalam tangisnya.
Samar terdengar suara merdu,di sekilingnya.
Nyanyian itu begitu indah menyejukkan kalbu dan mendamaikan gundahnya jiwa.
Nampak pula kilauan cahaya dihadapannya,Benderang,menyinari seluruh ruangan ini..
Cahaya itu putih,semakin lama-kian mendekati tubuhnya.
Hangat dirasa,ketika cahaya putih itu mendekat
Damai rasanya ketika terdengar suara-suara yang terus menyanyikan kidung,tentang ke Esa an Tuhan.
Layaknya kidung surga yang menyejukkan hati,Kidung itu yang  membangunkan Mba In.
Membangunkan dengan kesyahduan iramanya, dan Membangunkanya dari mimpi gelap sepanjang hidupnya.