Kamis, 21 Juli 2011 - 0 komentar

Pinta Kecil di Pusaramu

oleh : Ferra Raoyan 

Terdengar jelas Suara sirine ambulance itu kian mendekat, seolah mencekik tenggorokanku.
semakin dekat suara sirine itu, membuat detak jantung ku pun kian cepat.
terus saja berdegup, semakin sakit menyesakkan dada ini.
petir dan hujan di luar sana menambah sesakku, menyayat jiwa ku saat ini.
aku masih saja bergumam, ”bukan ! dia bukan suamiku !”
“tubuh itu bukan milik suamiku, aku mohon, bukan dia.”
“Tuhan buat satu kesalahan kecil saja, Tolong rubah jenazah itu, bukan Suami ku yang ada disana.”
Dengan sisa-sisa keberanian dan tenaga ku, ku buka kain yang menutupi wajah itu.
jantung ini seolah berhenti berdetak, ribuan tombak menghujam dada ini,.
nafas ku kian sesak, tak lagi dapat kurasakan jemariku.
tak mampu lagi ku mempertahankan ketegaran ku.


Masih saja aku terpaku menatap tubuh yang ada dihadapku, masih terus kuyakini diriku sendiri bahwa itu bukan jenazah suamiku, selalu kutanyakan pada mereka, apakah ini nyata??
“sabar nak...banyak-banyak istigfar” 
hanya kata-kata ini yang kudapat, kenapa mereka hanya memandangiku dengan iba?
“tolong bantu aku bangunkan suamiku... tolong, aku tidak butuh kata-kata itu, aku sudah terlalu banyak bersabar dalam hidup!”
aku terus saja mengiba, memohon dan berharap ini hanya mimpi buruk untuk ku.
“tolong segera bangunkan aku...!!!”
Tapi kenyataan kian menghempasku ke dasar lautan penderitaan yang tak kunjung sudah,
yang jelas aku tak ingin bangun lagi, aku tak mau sadari kenyataan yang sedang menghadangku.


kupandangi terus setiap lekuk  wajahnya, dan kubersihkan noda darah yang masih mengalir dari hidung dan bibirnya, sambil kubisikkan kata-kata cinta, berharap ia masih bisa mendengarnya.
“sayang.... bangun!!“
“jangan tinggalkan aku, putrimu, dan calon bayi kita...!”
“bukankah sudah lima tahun lamanya, kamu menunggu kehamilanku,    sayang?”
“Bangun sayang....”
“Inikah caramu mencintaiku? menginggalkan aku dengan semua mimpi, dengan semua beban dan tanggung jawab yang harus kupikul sendiri?
“sayang kalau kau memang harus pergi, apa harus kau meninggalkan aku dengan tubuh lain mu dirahimku?
“jangan tinggalkan aku.... sayang!!”



Gema tahlil terus saja berkumandang di ruang ini, semakin terdengar manyayat hati untukku.
menyisakan selaksa beban dan kerinduan dalam, akan tatapanmu, dekapanmu, dan seluruh tentangmu.
Semuanya tradisi pemakaman aku lakukan dengan segenap hati ku, sebagai wujud bhakti terakhir ku untukmu... suamiku,
dan ketika aku harus berjalan di bawah jenazahmu, ku genggam erat tangan mungil itu, tangan yang menyadarkan ku tentang Dirimu yang lain, dalam genggaman tanganya, ada pesan yang kau tinggalkan bahwa aku harus tetap berdiri, dan bertahan untuk terus berjuang hidup.


Kepalaku kian berat, airmata terus saja mengalir.
yang  menambah perihnya hati, aku malah harus meninggalkanya sendiri di sini.
tak tega rasanya melihatnya tertidur disana, berselimutkan hanya selembar kain, berbantalkan sebongkah tanah, dan berkelambukan papan.
namun dalam tidurnya ia masih meninggalkan senyum disudut bibirnya.
salam perpisahan untukku, dan meninggal kan luka di hati ku.


Malam pertama tanpamu, aku masih berfikir kau sedang bertugas seperti biasa, bukan meninggalkan ku seperti ini, meninggalku dengan semua bayanganmu, meninggalkan dengan degup jantung lain dirahimku, dan senyum kecil putri kita!!


Tuhan... harusnya saat ini aku sedang sangat berbahagia, setelah lima tahun  kami menanti calon anak kedua kami, kau malah mencabut separuh nyawaku, tak lagi dapat ku hibur diri, kesedihan terus merangsek masuk ke seluruh tubuhku, berat rasanya kubayangkan hari-hari tanpamu.
melakukan semua hal tanpamu, apakah aku mampu???
teringat terakhir kali kau pergi, kau masih sempat memelukku, mencium keningku dan kaubisikan sesuatu di perutku,

”papa akan segera pulang, jaga Mamamu saat papa pergi,sayang...!!”
dan benar saja kau meninggalkan kami, tapi bukan untuk sesaat,
semakin menjadi tangisanku, sambil terus kupeluk bantal yang biasa kau pakai.
masih tersisa disana aroma tubuhmu ,yang terus membangkitkan kerinduanku padamu, dan nelangsa dihatiku !



Dan sepeninggalanmu,hidupku kian kacau.
yang kudapati hari-hariku kian kejam, yang aku tahu Tuhan sangat tidak adil bagiku.
aku disudutkan pada kenyataan yang tak bisa aku pahami,aku berjalan tak terarah tanpamu.
Bahkan aku tidak mampu mempersiapkan apapun untuk persalinanku, seluruh hariku hanya diisi kerinduan tentangmu, dahaga akan kasihmu, yang selalu menuntunku ke pusara Mu.


Diruang ini, sudah dipersiapkan semua untuk persalinan ku, keluarga pun sudah banyak yang datang untuk menemaniku,tapi aku masih berharap kau akan datang, memegang tangan ku, membelai ku, menyemangatiku, seperti yang kau lakukan ketika anak pertama kita lahir.
“sayang.... sedang apa kau disana???”
“apa kau menemaniku saat ini??aku membutuhkanmu sayang...”
rasa sakit yang aku rasa, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakitnya hati ku.
ingin ku teriak sekencang-kencangnya!! berontak..!! seolah ingin kuguncangkan bumi, agar Tuhan tau kemarahanku atas tulisan takdir yang ia persiapkan untukku !!.
begitu kejam DIA, hingga tak menyisakan sedikit saja waktuku bersamamu !!.
Gila saja kau Begitu mempercayainya, Mensujudutinya,bahkan dalam deritamu !!.
Suara tangisan memecah kehengingan di Jum’at pagi ini,
Suara tangisan kecil  itu yang menyadarkanku, tangisan yang mungkin saja  mewakili tangisan mu melihat keadaanku saat ini, Melihat kemarahanKu pada Tuhanmu !.



“sayang.... putri kita lahir” “adakah kau dengar tangisnya disana...?? tidakkah kau ingin meng adzaninya??”
“tidakkah kau ingin memeluknya....???”
“pernahkan sekejap saja kau rindukan kami,??sayang....??”
Perasaan apa ini, ada bahagia, lega, bercampur bersama pilu karena merindumu.
Pelukan hangat Ibumu yang terus mendekapku, seolah momohon maaf atas kepergianmu, meminta  sedikit keikhlasan ku atas kelalaian mu.



Dan memang benar, Semua yang terjadi bukan karena kebetulan, Semua telah diatur oleh sang penguasa, seperti kelahiran putrimu, yang merupakan suntikan semangat bagiku.
dalam tatapan matanya, jelas dapat ku baca, segala doa yang ingin ia wujudkan.
dalam genggaman tangaan mungilnya, ia banyak berharap akan ketegaranku, untuknya.
Dan dalam tangisnya, aku dengar tangismu,yang tak inginkan keterpurukanku dalam menjalani hidup.
kutitipkan salam rindu ini disecarik kertas, di pusaramu sayang!!


Teruntuk suamiku yang sedang menungguku...

sayang...
maafkan aku jika aku melukaimu dengan keterpurukanku,
maafkan aku jika aku sangat mencintaimu, hingga tak sadar diriku akan titipanmu.
Semuanya begitu berat untukku, kau pergi, begitu cepat, sembari mencabut seluruh ketabahanku..!!
Sampaikan juga maafku Untuk Tuhan, begitu banyak umpatanku untukNYa, karena telah  memisahkan Belahan jiwaku.
Sayang....
ketika putri  kecil kita lahir aku baru tersadar, apa arti luka ini, aku baru tau maksud mu meninggalkan bekas-bekas rindu di tubuh ini, agar aku belajar untuk terus semangat menghadapi hidup tanpamu.
Yeni Adelia Dwi Nanda“ adalah nama yang kupilih dari 4 nama yang kau tinggalkan didompetmu.
Nama yang penuh arti untuk ku, nama pemberian terakhirmu.


Aku tahu kau sangat mencintaiku, hingga saat kau pergi, kau tak ingin meninggalkan aku sendiri,kau mempersiapkan tubuh lain di rahimku, Putri-putri  yang kau tinggalkan untuk menemaniku, yang akan selalu menjagaku, merawatku dan  akan melipur semua laraku saat kepergianmu.

Terimakasih sayang....
Kau telah banyak mangajarkan aku tentang pertautan rasa, ketabahan jiwa, dan pengorbanan tiada tara.
Aku tau kau pun sebenarnya enggan pergi.
tapi tenanglah Tuhan akan selalu menjaga Kami, melindungi kami, seperti kau yang tak pernah berhenti manyayangi kami hingga akhir nafasmu.
Tenanglah disana sayang...!
Bahagialah disana...!
Jika saatnya tiba,dan Tugasku untuk mangantar putri-putrimu bahagia Usai...,
jemput aku dengan senyummu, sambut aku dalam dekapanmu..!!
Aku menyayangimu....!!
                                                         
istrimu,yang sangat merindukanmu..!!

0 komentar:

Posting Komentar